Ad Dhuha Dan Artinya5/8/2021
Diturunkan di kota Mekkah dan termasuk kedalam golongan surah Makkiyah.Surah ini diturunkan setelah surah Al Fajr, berisi tentang pemeliharaan Allah terhadap Nabi Muhammad saw dan tidak akan pernah meninggalkannya.Lalu larangan berbuat buruk terhadap anak yatim dan menghardik orang yang meminta-minta, kemudian perintah untuk mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah.
Baca Juga: Tidak Banyak Orang Tahu Biji Chia Seed Bermanfaat bagi Kesehatan, Ampuh Turunkan Berat Badan Asbabun Nuzul ayat 5 Diriwayatkan oleh Hakim, Baihaqi dalam Dalail, Thabrani, dan perawi lainnya dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah menjadi bahagia setelah Allah memperlihatkan kepadanya sesuatu yang akan dialami oleh umatnya sebentar lagi. Peta, Ruko Kopo Plaza Blok A No.13 Bandung - Jawa Barat, 40231, Ph. Email: prmnnewsroompikiran-rakyat.com. Dalam tafsirnya Hasbi ash Shiddieqy memberikan catatan opsi terjemahan sesungguhnya penghabisan urusan engkau adalah lebih baik dari permulaan. Surah ini termasuk golongan surah Makkiyah dan diturunkan sesudah surah Al-Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama, yang artinya waktu matahari sepenggalahan naik. Yakni surah Adh Dhuha sampai akhirnya, maka Beliau bertakbir karena gembira dan senang. Ibnu Katsir berkata pula, Riwayat tersebut tidak diriwayatkan dengan isnad yang dapat dihukumi shahih maupun dhaif, wallahu alam. Maka Allah Azza wa Jalla berfirman, Wadh dhuhaaWallaili idzaa sajaaMaa waddaaka Rabbuka wamaa qalaa. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi, dan ia berkata, Hadits ini hasan shahih, Ahmad, Thayalisi, Ibnu Jarir, Al Humaidiy, dan Al Khathiib dalam Muwadhdhih Awhaamil Jami wat Tafriiq juz 2 hal. Maka turunlah ayat di atas untuk membantah perkataan orang-orang musyrik itu, yaitu, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, yakni Allah Subhaanahu wa Taaala tidaklah meninggalkan Beliau dan membiarkannya sejak Dia mengurus dan mendidik Beliau, bahkan Dia senantiasa mengurus dan mendidik Beliau dengan pendidikan yang sebaik-baiknya serta meninggikan Beliau sederajat demi sederajat. Inilah keadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang dahulu dan yang sekarang; yakni keadaan yang paling sempurna; kecintaan Allah untuk Beliau dan tetap terus seperti itu serta diangkatnya Beliau kepada kesempurnaan, dan tetap terusnya mendapatkan perhatian dari Allah Subhaanahu wa Taaala. Adapun keadaan Beliau pada masa mendatang, maka sebagaimana firman-Nya, Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan. Allah Subhaanahu wa Taaala menguatkan agama Beliau, memenangkan Beliau terhadap musuh-musuhnya serta memperbaiki kondisi Beliau sehingga Beliau mencapai keadaan yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang terdahulu maupun yang datang kemudian, baik dalam hal keutamaan, kebanggaan maupun kegembiraan. Sedangkan di akhirat, maka tidak perlu ditanya tentang keadaan Beliau; keadaan Beliau penuh dengan berbagai kemuliaan dan kenikmatan. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Taaala berfirman, Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas. Pemberian-Nya yang besar tidak mungkin diungkapkan selain dengan kata-kata itu. Turunnya ayat-ayat Surah adh-Dhuha ini menggembirakan beliau laksana bilasan air hujan yang turun menyegarkan tetumbuhan. Cahaya ayat-ayat adh-Dhuha benar-benar memberikan kekuatan baru guna menghentikan hinaan musuh-musuh islam. Kita semua tahu dan meyakini bahwa pribadi Rasul saw adalah pribadi yang kuat. Sebab itulah, kita hanya dapat menerima riwayat yang menerangkan bahwa Rasul hanya merasa gelisah dan jiwanya tidak tentram lantaran terhentinya wahyu. Pendapat yang berlaku di kalangan ulama terdahulu mengatakan bahwa sumpah al-Quran dengan ww mengandung makna pengagungan terhadap muqsamu bih. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa sumpah Allah dengan sebagian makhluk-Nya menunjukkan bahwa ia termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya yang besar. Penafsir tidak menggunakan secara terjemahan harfiah, padahal kita tahu bahwa kata adh Dhuha dikalangan umat muslim Indonesia sudah begitu populer digunakan untuk melaksanakan waktu shalat sunah dhuha yang sekurangnya 2 rakaat, atau 4 rakaat, atau sampai 8 rakaat pada sekitar pukul enam sampai sepuluh pagi. Dalam tafsirnya Quraish Shihab menggambarkan kata adh Dhuha adalah ketika matahari naik sepenggalahan, cahayanya ketika itu memancar dengan menerangi seluruh penjuru, pada saat yang sama ia tidak terlalu terik, sehingga tidak mengakibatkan gangguan sedikitpun, bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan dan kesehatan. Menarik juga melihat pendapat ar Arghib al-Ashfahani yang berpendapat bahwa kata waddaa berasal dari kata ad-daah dan mengartikannya dengan doa untuk seorang musafir semoga Tuhan meringankan baginya kesulitan-kesulitan perjalanan. Dari sini kemudian waddaa diartikan sebagai ucapan selamat kepada orang yang meninggalkan suatu tempat. Quraish Shihab berpendapat benci disini bukan hanya benci biasa namun benci yang diartikan sebagai kebencian yang sangat. Secara leksikal dapat dipahamai bahwa kata al akhirah berarti yang akhir atau sesudah dan tidak selalu diartikan sebagai akhirat.
0 Comments
Leave a Reply.AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |